Apa Kabar Surabaya-Balikpapan?

Apa kabar Surabaya?

Masihkah kau berkutat dengan aktivitasmu yang tiada henti? Hanya sibuk yang kujumpai. Dari pagi ke pagi, hari ke hari, lagi dan lagi. Kapan kau luangkan waktumu untuk sehari saja bersamaku, di sini, dalam tenang yang damaikan hati?

Apa kabar Surabaya? Sampai kapan kau akan membakar kulitku dengan sengatan hawa panasmu? Tidakkah kau rindukan hujan seperti aku rindukannya? Ayolah Surabaya, jangan terlalu angkuh karena mataharimu selalu bersinar dengan gagah di langit cerah. Beri kesempatan pada pelangi untuk melukis senyum di bibir langit dengan spektrum warnanya yang indah. Tidakkah kau jenuh dengan warna langitmu yang kelabu? Tidakkah kau risih dengan udaramu yang terpolusi? Sampah di sana-sini? Tidakkah kau bosan pada kemacetan di jalan-jalan? Keramaian dan kebisingan yang memusingkan? Di mana kau sisakan sedikit ruang agar aku bisa bernafas dengan nyaman?

Apa kabar Balikpapan?

Ku dengar, kau selalu diguyur hujan? Benarkah? Aku bisa bayangkan air bah yang menggenangi jalan-jalan di Gunung Sari. Aku juga masih ingat pada tanah longsor di Gunung Pasir yang menyisakan sebentuk kawah seperti di puncak merapi.

Apa kabar Balikpapan? Masihkah kau menjadi kota minyak dengan kilang-kilangmu yang meraksasa di Pertamina? Tapi lucunya, di kota yang kaya minyak sepertimu, masih saja sering mati lampu. Parahnya lagi, dari berita yang kulihat di telivisi, orang-orang yang mau membeli minyak tanah (gas) harus rela mengantri. Apa ini daerah yang dijuluki Oil City? “Koq bisa sih?” tanyaku dalam hati.

Apa kabar Balikpapan? Masihkah kau menjadi Madinatul Iman? Bermacam kajian dan majelis ta’lim bermunculan serupa jamur yang tumbuh subur di musim hujan. Tak hanya di masjid, dakwah pun menggema di udara dan menembus ke berbagai media. Di tempatmu, dakwah sedang menggeliat rupanya. Yah, Semoga Istiqomah! Seperti nama sebuah masjid yang senantiasa menebarkan wangi dakwah di sana. Istiqomah.

Apa kabar Balikpapan? Aku rindu kotamu yang bersih. Aku rindu pantaimu yang indah. Tempat aku mengantarkan mentari kembali ke peraduannya. Ngabuburit menjelang buka puasa di pantai Melawai sambil menikmati semburat senja. Ah, indahnya….Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu. Setelah 7 bulan tak bersua, hari ke 18 September pukul 15.00 WIB nanti Lion Air akan membawaku terbang dari Juanda menuju Sepinggan. InsyaAllah…Semoga selamat sampai tujuan.

Balikpapan. Seperti biasa, ketika aku akan pulang, yang ada adalah rasa senang bukan kepalang. Membayangkan wajah perempuan bersahaja, sosok mujahidah perkasa, yang darinya, aku banyak belajar menjadi tangguh dan kuat. Mamak. (Ya Allah, kumohon, jagalah ia…). Sambutan hangat keluarga. Senyuman dari 3 lelaki yang teramat sangat kucintai. Satu lelaki tua renta yang sudah memutih rambutnya, satu ikhwan kecil yang masih 4 tahun umurnya, dan satu lagi lelaki yang senyumnya menjadi senyumku, marahnya menjadi marahku, tawanya menjadi tawaku, aku rindu….

Ah, Balikpapan..sungguh kau paling bisa buatku bahagia. Tapi, mengapa bahagia itu kini hadir ketika aku mulai jatuh hati padanya-Surabaya?